Kehidupan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia


Kehidupan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaaan Islam di Indonesia 
   Setelah masuknya Islam di Indonesia, berdirilah kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang menggantikan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Kerajaan Samudera Pasai, Malaka, Aceh, Demak, Pajang, Mataram, Banten, Cirebon, Makassar, Banjar, dan Ternate dan Tidore. Kapan dan bagaimana proses berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam? Bagaimana kehidupan budaya, sosial ekonomi, dan politik pada kerajaankerajaan Islam? Sampai sejauh mana peran kerajaan-kerajaan Islam dalam penyebaran agama Islam di Nusantara? Untuk mengetahui jawabannya, simaklah uraian berikut ini.
Kerajaan Samudera Pasai dalam sejarah Indonesia tercatat sebagai kerajaan Islam yang pertama di Indonesia. Raja pertama dan pendiri kerajaan Samudera Pasai ini adalah Sultan Malik Al-Saleh (1290-1297). Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Seumawe sekarang (pantai timur Aceh), berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Kerajaan Malaka sekarang termasuk wilayah negara Malaysia, tetapi karena Malaka memainkan peranan penting dalam pertumbuhan kerajaankerajaan Islam di Indonesia maka kerajaan Malaka perlu dibahas dalam sejarah Islam di Indonesia.
Kerajaan Aceh berdiri dan muncul sebagai kekuatan baru di Selat Malaka, pada abad ke-16 setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Para pedagang Islam tidak mengakui kekuasaan Portugis di Malaka dan segera memindahkan jalur perniagaan ke bandar-bandar lainnya di seluruh Nusantara. Peran Malaka sebagai pusat perdagangan internasional digantikan oleh Aceh selama beberapa abad. Di Selat Malaka, Kerajaan Aceh bersaing dengan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaysia.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke-15 M. Pendiri kerajaan ini adalah Raden Patah,seorang putra Raja Majapahit Kertawijaya yang menikah dengan putri Campa. Secara geografis Demak terletak di Jawa Tengah.
Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Sultan Adiwijayapada tahun 1568, tidak berumur panjang. Kerajaan Pajang terus mengadakan ekspansi ke Jawa Timur. Setelah berhasil menaklukkan penguasa-penguasa lokal di Jawa Timur Raja Pajang memberikan hadiah kepada dua orang yang berjasa dalam penaklukan-penaklukannya, yaitu Ki Ageng Pamanahan danKi Ageng Panjawi. Ki Ageng Pamanahan yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Aria Panangsang, diberi kekuasaan di Mataram, sedangkan Ki Ageng Panjawi diberi kekuasaan di Pati.
Kerajaan Mataram didirikan oleh Panembahan Senopati Ing Alaga (Sutawijaya) (1584-1601), pada sekitar abad ke-16. Pusat kerajaan terletak di Yogyakarta. Ia mempunyai cita-cita untuk mempersatukan Jawa ke dalam pengaruh kekuasaannya. Untuk itu, ia melakukan perluasan kekuasaan ke Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram daerah Demak, Madiun, Kediri, Ponorogo, Tuban, dan Pasuruan. Tetapi cita-citanya itu mendapat rintangan dari daerah lainnya dan Surabaya tidak dapat ditaklukkan. Para pelaut Belanda melaporkan tentang ekspedisi Mataram melawan Banten sekitar tahun 1597 yang mengalami kegagalan.
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddinyang memerintah tahun 1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah,seorang panglima tentara Demak yang pernah diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa Barat. Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak.
Pada masa kekuasaan Kerajaan Pajajaran sekitar abad ke-16 M, Cirebon merupakan salah satu daerah kekuasaannya. Selanjutnya Cirebon berada di bawah pengaruh Kesultanan Demak. Menurut cerita di Jawa Barat, pendiri kerajaan Cirebon adalah Sunan Gunung Jati yang juga sebagai salah seorang walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat. Nama Sunan Gunung Jati juga sering dikaitkan dengan berdirinya Jayakarta atau Jakarta yang semula bernama Sunda Kelapa.
Makassar tumbuh menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan letak Makassar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku. Lemahnya pengaruh Hindu-Buddha di kawasan ini menyebabkan nilai-nilai kebudayaan Islam yang dianut oleh masyarakat di Sulawesi Selatan menjadi ciri yang cukup menonjol dalam aspek kebudayaannya. Kerajaan Makassar mengembangkan kebudayaan yang didasarkan atas nilai-nilai Islam dan tradisi dagang. Berbeda dengan kebudayaan Mataram yang bersifat agraris, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi merantau.
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin. Kata Banjarmasin merupakan paduan dari dua kata, yaitu bandardan masih. Nama Bandar Masih diambil dari nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah diperintah oleh tujuh orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata(1438-1460) dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung(1588-1595).
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha(Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpinSultan Zainal Abidin (1486-1500),Kesultanan Tidore yang dipimpin olehSultan Mansur, Kesultanan Jailoloyang dipimpin oleh Sultan Sarajati, danKesultanan Bacanyang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. [gs]

Komentar